Nunukan, AKSARAUTARA – Kalimantan Utara tidak hanya kaya akan keanekaragaman budaya dan tradisi masyarakat adatnya, tetapi juga menyimpan pesona alam tersembunyi yang belum banyak tersentuh. Salah satunya adalah Buduk Udan, destinasi wisata alam yang terletak di dataran tinggi Desa Pa’Kidang, Kecamatan Krayan Barat, Kabupaten Nunukan, yang kini mulai mencuri perhatian para pencinta alam dan pelancong dari berbagai penjuru.
Dengan ketinggian mencapai 1.475 meter di atas permukaan laut, Buduk Udan menyajikan lanskap dramatis yang sering disandingkan dengan julukan “negeri di atas awan.” Pemandangan perbukitan hijau yang diselimuti kabut tipis, udara segar khas pegunungan, serta keheningan alam yang masih perawan, menjadikan tempat ini sebagai surga tersembunyi di perbatasan Indonesia-Malaysia.
Namun daya tarik Buduk Udan tidak berhenti pada keindahan bentang alamnya. Di balik rimbunnya hutan tropis Krayan, mekar bunga langka yang menjadi kebanggaan Kalimantan: Rafflesia pricei. Bunga parasit raksasa yang langka ini hanya tumbuh di wilayah tertentu dan menjadi simbol keunikan flora hutan Kalimantan.
Menurut Kepala Balai Taman Nasional Krayan Mentarang (TNKM), Seno Pramudito, Buduk Udan adalah salah satu kawasan konservasi yang juga dikembangkan sebagai destinasi ekowisata.
“Desa Pa’Kidang merupakan desa penyangga sekaligus desa binaan kami. Pengembangan wisata berbasis masyarakat menjadi fokus utama kami agar pelestarian lingkungan berjalan berdampingan dengan peningkatan ekonomi lokal,” ujar Seno Pada Selasa, 27 Mei 2025.
Dalam upaya mendorong pengelolaan wisata yang berkelanjutan, pihak TNKM telah membentuk Kelompok Wisata Kidang Makmur, yang seluruh anggotanya berasal dari masyarakat lokal.
“Kelompok ini diberdayakan melalui berbagai pelatihan, mulai dari peningkatan kapasitas pemandu wisata, pelestarian lingkungan, hingga pengelolaan sarana dan prasarana wisata secara mandiri,” benernya.
Ketua Kelompok Wisata Kidang Makmur, Doni, mengatakan bahwa masyarakat sangat antusias dengan pengembangan Buduk Udan.
“Kami merasa bangga bisa terlibat langsung menjaga dan memperkenalkan kekayaan alam kampung kami. Kehadiran wisatawan tidak hanya membawa manfaat ekonomi, tapi juga meningkatkan kesadaran warga untuk melestarikan alam,” kata Doni
Salah satu momen paling dinanti oleh wisatawan adalah ketika bunga Rafflesia pricei mulai menunjukkan tanda-tanda mekar. Tidak seperti bunga biasa, Rafflesia tidak memiliki daun, batang, atau akar sejati, dan hanya mekar dalam waktu yang sangat singkat.
Seno menambahkan, pihak TNKM bersama kelompok masyarakat setempat membentuk tim monitoring khusus untuk memantau siklus mekarnya bunga tersebut, sehingga wisatawan bisa mendapat informasi waktu kunjungan yang tepat.
“Kami menyediakan informasi waktu mekarnya bunga Rafflesia dan menyiapkan jalur trekking yang aman dan ramah lingkungan bagi para pengunjung. Kami ingin wisatawan menikmati keajaiban ini, tetapi tetap menjaga kelestarian habitatnya.”
Bagi wisatawan yang ingin menikmati momen matahari terbit dan tenggelam dari ketinggian Buduk Udan, waktu terbaik untuk berkunjung adalah sekitar pukul 05.00 WITA dan 17.00 WITA. Di saat-saat tersebut, kabut pagi dan senja akan menyelimuti lembah dan perbukitan, menciptakan pemandangan dramatis yang sulit dilupakan.
“Pengalaman mengunjungi Buduk Udan bukan hanya soal melihat pemandangan indah atau bunga langka. Lebih dari itu, perjalanan ke tempat ini merupakan perjalanan spiritual menyatu dengan alam, belajar dari kearifan lokal, dan menjadi saksi hidup akan pentingnya konservasi,” pungkasnya.
Dengan pengelolaan yang tepat dan dukungan berbagai pihak, Buduk Udan kini bersiap menjadi ikon wisata alam perbatasan yang tak hanya membanggakan Kalimantan Utara, tapi juga Indonesia.
Komentar